Balada Seorang Perantau II
"Bro.. makan yuk" seruannya yang selalu tepat waktu saat jam 12:00 siang sudah seperti bel istirahat di kantor. Yah itulah dia si Burhan, temanku di kantor yang tidak mau kehilangan waktunya untuk berlama-lama di kantin dengan banyaknya pilihan makanan.
Dia pecinta makanan yang tau aroma makanan enak dan pandai masak juga. "Keren sih cowok bisa masak sendiri, tapi pelitnya kok ngalahin ibu-ibu dipasar. Susah banget dimintain nyicip makanannya" keluhku menilainya. "Dew, kantin yuk" ku terkaget saat Vina mengajakku ke kantin. "Nggak deh aku makan disini" jawaban yang selalu sama ketika orang lain mengajakku makan di kantin. "Ah elah nggak bosen emang makan bekal terus? Ayok lah sekali-sekali makan enak" paksa si vina kepadaku. "Jadi kamu pikir ini nggak enak? Ini tuh lebih sehat dari pada makanan di kantin. Rendah MSG guys.." bela-ku untuk bekal yang ku bawa. "Iya iya, paling juga tempe lagi" balas si vina mengejekku. Aku hanya tersenyum dengan ejekannya, Vina dan yang lain pun beranjak pergi menuju kantin.
Aku memang biasa makan siang dengan membawa bekal, selain sehat juga bisa hemat. Nggak cuma aku ajah kok guys yang selalu membawa bekal ada yang lain juga yang biasa membawa bekal dan kita selalu makan bersama. "Dewi bawa bekal apa?" Tanya Kak Levi kepadaku, "biasa ka pasti ada tempe-tempeannya. dia kan miss tempe" sebelum aku menjawab pertanyaan itu Ati sudah menjawabnya duluan dengan penuh ejekan. "Ah kamu ini sama ajah dengan vina" kesalku. "Jadi bener dew yang ati bilang?" Kak Levi pun memastikannya, dan aku hanya menjawab dengan cengengesan tanda mengiyakan "heheee..".
"Jadi dewi kenapa setiap hari selalu bawa bekal?" terdengar pertanyaan lagi dari Kak Levi. Akupun menjawab dengan membalikkan pertanyaan "Jadi ka levi kenapa sekarang selalu bawa bekal?". Dia pun menjawab sambil mengunyah makanan di dalam mulutnya "Kan sekarang sudah ada istri yang setiap hari masak pagi-pagi. Selain lebih enak, lebih sehat juga lebih menghemat". "Naaah itu dia ka, aku bawa bekal juga gitu. Apalagi aku masih kuliah, aku ngekos disini, biar aku punya tabungan sendiri ya aku harus bisa hemat" jawabku dengan semangat. "hehe dewi.. dewi.. Yang semangat kuliahnya, biar cepet lulus jadi nabungnya bisa makin banyak" Nasehatnya untukku. "Siap bos" jawabku sambil menikmati tempe-tempe favoritku.
"Memang kapan kuliahnya selesai dew?" sambung Ati. "Hmm pengennya sih sekarang aku tidur, terus bangun-bangun udah wisuda ti hahaaa" candaku pada Ati. "Yah si dewi semuanya juga pengennya gitu dew" kesal si Ati. "Hahaa nggak lah ti doain ajah biar bisa lulus tepat waktu di waktu yang tepat" jawabku lagi. "Ya tapi kapan dewww.. kamu ditanya kapan selesai kok nggak nyambung? Curhat ya yang nggak sabar pengen lulus?" Ati makin kesal. "Hehee iya nih udah nggak sabar, udah pengen nimang anak hahaa" ejekku pada Ati. "Yeeee jadi kapan?" Ati menegaskan pertanyaannya. "Insya Allah semester depan sudah mulai mengambil skripsi ti, doain yah.." Ku coba hentikan candaku dengan jawaban yang sedikit lurus hehe. "Iya dewi aku doain terus biar gajinya bisa utuh, nggak kebanyakan tanggungan hahaaa" Ati mulai mengejekku lagi. "Hahaa tau ajah ti" ku jawab dengan harapan tak diteruskan lagi pembicaraan mengenai tanggungan biaya.
Yaaah dibading yang lain mungkin aku adalah karyawan yang teririt disini, demi menyelesaikan pendidikanku aku harus pandai-pandai mengatur pengeluaranku. Ilmu itu sangat malah jadi aku nggak akan menyesal untuk memutuskan melanjutkan pendidikanku ini walaupun harus hidup dengan hemat haha. "Mau yang lain bilang aku terlalu hemat atau apa aku nggak peduli yang penting aku nggak punya hutang dimana-mana dan bisa menyelesaikan perkuliahanku dengan uangku sendiri" semangatku dalam hati sambil menghabiskan makanan yang tersisa.
"Selesaiiiiiiii" seruku yang mengagetkan Ati dan Kak Levi. "Biasa ajah kali" sengit Ati yang kaget. Dan aku hanya membalas dengan senyuman.
Setelah jam istirahat selesai, semua karyawan kembali ke ruang kerjanya masing-masing. "Hei miss tempe, udah makannya?" tanya Tata padaku. "Sudah dong, nih lihat nih perutku sudah berisi haha" candaku. "Hmm kebanyakan cacing itu mah" jawab Tata lagi. "Hahaa.." ku hanya tertawa. "Hari ini kuliah dew?" sambungnya lagi. "Iya dong kan anak rajin" jawabkku dengan bangga. "Jadi keluar jam 5 banget? Nggak akan ikut kita nonton ajah?". Tanya Tata padaku. "Ya dong biar mamih dosen nggak ngomel-ngomel kalau muridnya telat hehee" jawabku. "Bener nggak mau ikut nonton ajah?" Tata bertanya lagi. "Yeeeh anak rajin malah disuruh bolos. Nggak boleh sama mamah tau.." Jawabku agar tak ditanya lagi. "Kenapa sih dew nggak pernah mau pergi sama kita?" tanya Tata memastikan. "Hmm nggak apa-apa ta" jawabku. "Bohong. Pasti ada alasan lain kan. Kenapa sih?" Tata bertanya dengan sedikit memaksa. "Ya kalau kalian kan enak gaji kalian bisa kalian pakai untuk makan apa ajah, dimana ajah, dan main kemana ajah. Kalau aku harus pikir ulang karna gaji aku harus aku bayarkan untuk kuliah, kos, dan orang tua terkadang. Aku juga ingin punya tabungan jadi ya aku harus hemat." Jawabku menjelaskan. "Hmm sedih dengernya. Jangan ngomong gitu dong, salut aku liatnya kamu bisa bayar kuliah sendiri. Justru aku malu yang kadang masih suka ngeluh" si Tata pun mengecilkan suaranya. "Haha biasa ajah sih, temen-temenku yang lain juga begitu, sama denganku" sambungku. "Wah hebat ya kalian. Tapi dew menurutku jangan selalu begitu, pakai lah gajimu untuk senang-senang sedikit" Tata melanjutkan lagi. "Haha tata memang kamu pikir aku nggak senang? aku selalu bersyukur kali. Aku juga kadang menyisihkan uang untuk membelikan barang yang aku suka kok. Kadang apa yang kamu lihat nggak selalu yang sebenarnya haha. Aku juga kadang makan di luar tanpa bawa bekal kamu saja yang nggak lihat" Jawabku meyakinkan. "Hmm sombong yaaah" jawabnya sambil melirikku.
"Ayo dong kamu jangan hidup leha-leha terus, belajar nabung buat masa depan. Kan kita nggak tau kehidupan kita kedepan gimana. hehe" saranku. "Iya juga sih ya, udah boros ngeluh terus lagi ngrasa selalu kurang. Malu malu.. haha" Sesal Tata. "Ya udah belajar buat selalu bersyukur masih banyak orang yang serba kekurangan dari kita. Justru aku pikir aku ini termasuk orang yang sangat beruntung karena uangku nggak terbuang sia-sia tapi punya tujuan jelas yaitu untuk melanjutkan pendidikan" Sambungku panjang. "Iya yah dew.. astaghfirullah..." sadarnya.
Bersyukurlah dengan apa yang sudah kita miliki, masih banyak di sekeliling kita yang masih kurang beruntung dibandingkan dengan kita. Jangan iri melihat orang yang hidupnya selalu terlihat bahagia, nyatanya orang yang selalu bahagia bukan berarti dia selalu mendapatkan apa yang dia inginkan tapi dia belajar untuk selalu bersyukur dan sabar dengan masalah-asalah yang harus dia hadapi. Semangaaaattttt......
"Memang kapan kuliahnya selesai dew?" sambung Ati. "Hmm pengennya sih sekarang aku tidur, terus bangun-bangun udah wisuda ti hahaaa" candaku pada Ati. "Yah si dewi semuanya juga pengennya gitu dew" kesal si Ati. "Hahaa nggak lah ti doain ajah biar bisa lulus tepat waktu di waktu yang tepat" jawabku lagi. "Ya tapi kapan dewww.. kamu ditanya kapan selesai kok nggak nyambung? Curhat ya yang nggak sabar pengen lulus?" Ati makin kesal. "Hehee iya nih udah nggak sabar, udah pengen nimang anak hahaa" ejekku pada Ati. "Yeeee jadi kapan?" Ati menegaskan pertanyaannya. "Insya Allah semester depan sudah mulai mengambil skripsi ti, doain yah.." Ku coba hentikan candaku dengan jawaban yang sedikit lurus hehe. "Iya dewi aku doain terus biar gajinya bisa utuh, nggak kebanyakan tanggungan hahaaa" Ati mulai mengejekku lagi. "Hahaa tau ajah ti" ku jawab dengan harapan tak diteruskan lagi pembicaraan mengenai tanggungan biaya.
Yaaah dibading yang lain mungkin aku adalah karyawan yang teririt disini, demi menyelesaikan pendidikanku aku harus pandai-pandai mengatur pengeluaranku. Ilmu itu sangat malah jadi aku nggak akan menyesal untuk memutuskan melanjutkan pendidikanku ini walaupun harus hidup dengan hemat haha. "Mau yang lain bilang aku terlalu hemat atau apa aku nggak peduli yang penting aku nggak punya hutang dimana-mana dan bisa menyelesaikan perkuliahanku dengan uangku sendiri" semangatku dalam hati sambil menghabiskan makanan yang tersisa.
"Selesaiiiiiiii" seruku yang mengagetkan Ati dan Kak Levi. "Biasa ajah kali" sengit Ati yang kaget. Dan aku hanya membalas dengan senyuman.
Setelah jam istirahat selesai, semua karyawan kembali ke ruang kerjanya masing-masing. "Hei miss tempe, udah makannya?" tanya Tata padaku. "Sudah dong, nih lihat nih perutku sudah berisi haha" candaku. "Hmm kebanyakan cacing itu mah" jawab Tata lagi. "Hahaa.." ku hanya tertawa. "Hari ini kuliah dew?" sambungnya lagi. "Iya dong kan anak rajin" jawabkku dengan bangga. "Jadi keluar jam 5 banget? Nggak akan ikut kita nonton ajah?". Tanya Tata padaku. "Ya dong biar mamih dosen nggak ngomel-ngomel kalau muridnya telat hehee" jawabku. "Bener nggak mau ikut nonton ajah?" Tata bertanya lagi. "Yeeeh anak rajin malah disuruh bolos. Nggak boleh sama mamah tau.." Jawabku agar tak ditanya lagi. "Kenapa sih dew nggak pernah mau pergi sama kita?" tanya Tata memastikan. "Hmm nggak apa-apa ta" jawabku. "Bohong. Pasti ada alasan lain kan. Kenapa sih?" Tata bertanya dengan sedikit memaksa. "Ya kalau kalian kan enak gaji kalian bisa kalian pakai untuk makan apa ajah, dimana ajah, dan main kemana ajah. Kalau aku harus pikir ulang karna gaji aku harus aku bayarkan untuk kuliah, kos, dan orang tua terkadang. Aku juga ingin punya tabungan jadi ya aku harus hemat." Jawabku menjelaskan. "Hmm sedih dengernya. Jangan ngomong gitu dong, salut aku liatnya kamu bisa bayar kuliah sendiri. Justru aku malu yang kadang masih suka ngeluh" si Tata pun mengecilkan suaranya. "Haha biasa ajah sih, temen-temenku yang lain juga begitu, sama denganku" sambungku. "Wah hebat ya kalian. Tapi dew menurutku jangan selalu begitu, pakai lah gajimu untuk senang-senang sedikit" Tata melanjutkan lagi. "Haha tata memang kamu pikir aku nggak senang? aku selalu bersyukur kali. Aku juga kadang menyisihkan uang untuk membelikan barang yang aku suka kok. Kadang apa yang kamu lihat nggak selalu yang sebenarnya haha. Aku juga kadang makan di luar tanpa bawa bekal kamu saja yang nggak lihat" Jawabku meyakinkan. "Hmm sombong yaaah" jawabnya sambil melirikku.
"Ayo dong kamu jangan hidup leha-leha terus, belajar nabung buat masa depan. Kan kita nggak tau kehidupan kita kedepan gimana. hehe" saranku. "Iya juga sih ya, udah boros ngeluh terus lagi ngrasa selalu kurang. Malu malu.. haha" Sesal Tata. "Ya udah belajar buat selalu bersyukur masih banyak orang yang serba kekurangan dari kita. Justru aku pikir aku ini termasuk orang yang sangat beruntung karena uangku nggak terbuang sia-sia tapi punya tujuan jelas yaitu untuk melanjutkan pendidikan" Sambungku panjang. "Iya yah dew.. astaghfirullah..." sadarnya.
Bersyukurlah dengan apa yang sudah kita miliki, masih banyak di sekeliling kita yang masih kurang beruntung dibandingkan dengan kita. Jangan iri melihat orang yang hidupnya selalu terlihat bahagia, nyatanya orang yang selalu bahagia bukan berarti dia selalu mendapatkan apa yang dia inginkan tapi dia belajar untuk selalu bersyukur dan sabar dengan masalah-asalah yang harus dia hadapi. Semangaaaattttt......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar